Nonformal Education UNY

Rabu, 12 September 2012


KISAH KI AGENG MANGIR DAN DUSUN MANGIRAN 

   Sebuah dusun kecil di Desa Sendang Sari, Pajangan , Bantul menjadi sebuah daerah yang memiliki cerita tersendiri yang menarik dan memberi keteladanan. Dusun tersebut merupakan daerah jatuhnya senjata sakti Baruklinting yang terlempar dari Gunung Merapi. Senjata tersebut digunakan untuk memotong lidah seorang anak yang dikutuk menjadi seekor ular, padahal dengan terpotongnya lidah seekor ular tersebut si anak tidak dapat membuktikan kepada bapaknya bahwa ia anak kandung bapak tersebut. Karena si bapak tidak mau mengakui bahwa ular tersebut akhirnya si bapak melemparkan sebuah senjata sakti tepat dilidah seekor ular yang sedang melingkari Gunung Merapi dan akhirnya senjata tersebut terlempar kesuatu daerah kecil yang sekarang dinamai Dusun Mangir.     
                                                                 *****
            Pada awalnya dusun Mangir merupakan sebuah kabupaten kecil yang berdiri dibawah naungan seorang raja dari Kerajaan Mataram yaitu Panembahan Senopati.  Panembahan Senopati bermaksud mencari seseorang dari salah satu penduduk didaerah tersebut untuk diangkat menjadi seorang pemimpin dikabupaten tersebut. Orang yang ditunjuk Panembahan Senopati tersebut adalah Ki Ageng Mangir. Dan Ki Ageng Mangir lah orang yang menemukan senjata Baroklinting yang sakti sehingga Ki Ageng Mangir  memiliki kesatian dari senjata tersebut. Berkat ditemukannya senjata tersebut Ki Ageng Mangir dapat mengusai Kerajaan Mataram yang pada waktu itu masih dikuasai oleh Panembahan Senopati. Akhirnya, Panembahan Senopati berkunjung kerumah Ki Ageng Mangir untuk membicarakan rencana Panembahan Senopati mengangkat Ki Ageng Mangir menjadi seorang bupati dikabupaten tersebut.Panembahan Senopati berbincang – bincang dengan Ki Ageng Mangir.
“ Wahai Ki Ageng Mangir maukah engkau ku angkat menjadi seorang bupati yang dapat   mengurusi rakyatku.” tanya Panembahan Senopati.
“ Apakah saya pantas menjadi seorang bupati, saya hanyalah seorang manusia yang tak  mempunyai kesaktian ataupun jiwa kepemimpian?”. Tanya kembali Ki Ageng Mangir dengan  raut wajah terpuruk.
“ Engkaulah yang pantas menjadi bupati di kabupaten ini, karena saya telah mendengar  pujian dari rakyat yang tinggal di kabupaten ini bahwa engkaulah orang yang berjiwa pemimpin dikabupaten  ini.” kata Panembahan Senopati.
 “ Maaf . . . . . . . . tapi, baginda raja?”
 “ Sudahlah Ki Ageng Mangir semua rakyat pasti setuju jika engkau memimpin mereka.”  sela Panembahan Senopati.
            Sebenarnya dalam hati Ki Ageng Mangir dia ingin menerima tawaran Panembahan Senopati menjadi seorang bupati, tetapi ia berpura-pura mengatakan tidak mau menjadi bupati karena Ki Ageng Mangir ingin menutupi niat busuknya memberontak kerajaan Mataram yang dikuasai oleh Panembahan Senopati tersebut. Panembahan Senopati pun tidak tau bahwa Ki Ageng Mangir sebenarnya mempunyai niat yang tidak baik dengan diangkatnya Ki Ageng Mangir menjai seorang Bupati. Ki Angeng Mangir tetap menolak tawaran Panembahan Senopati.
“ Tetapi itu tugas yang tidak sepele dan itu tanggung jawab yang sangat besar .”ujar Ki     Ageng Mangir.
“ Saya rasa hanya engkaulah yang pantas menjadi seorang bupati dikabupaten ini karena  taka da lagi orang yang pantas selain engkau.”  Jawab Ki Panembahan Senopati.
“ Baiklah baginda raja saya akan mencoba menjalankan tanggung jawab ini.” Jawab Ki  Ageng Mangir.
“ Tapi ada satu syarat yang harus engkau kerjakan jika engkau menjadi seorang bupati.”  sela Panebahan Senopati.
            “ Apakah syaratnya baginda raja?” Tanya Ki Ageng Mangir.
“ Engkau harus melaporkan kepadaku bagaimana keadaan rakyatku setiap seminggu sekali  engkau harus berkunjung ke kerajaanku.” kata Panembahan Senopati.
“ Baiklah baginda raja kalau itu syaratnya akan saya laksanakan dan itu juga merupakan syarat  yang tidak begitu membebankan bagi diri saya.” Ujar Ki Ageng Mangir.
“ Karena engkau telah menerima tawaran dari saya dan engkau mau melaksanakan syarat  yang satya berikan maka sekarang kan ku angkat engkau menjadi bupati di kabupaten ini.” Sela Panembahan Senopati.
“ Terima kasih baginda raja, akan saya laksanakan tugas itu dengan sebaik mungkin.”  Jawab Ki Ageng Mangir.
            Setelah selesai berbincang – bincang dan Ki Ageng Mangir pun telah setuju menerima tawaran Panembahan Senopati menjadi seorang bupati, akhirnya Panembahan Senopati berpamitan dan memutuskan untuk kembali kekerajaan. Keluarlah Panembahan Senopati dari rumah Ki Ageng Mangir. Dalam hatinya Ki Ageng Mangur berkata, “ Dengan diangkatnya saya menjadi seorang bupati maka tak lama lagi engkau Panembahan Senopati akan lengser dari kekuasaanya saat ini dan saya akan menjadi seorang raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram.”
                                                                        *****
            Dalam waktu itupun juga KiAgeng Mangir menjalankan tugasnya sebagai seorang bupati. Ia memantau keadaan rakyatnya dengan bantuan para pengawalnya. Setelah seminggu menjalankan tugas dan memimpin rakyatnya dengan baik Ki Ageng Mangir berkunjung ke Kerajaan Mataram untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan Senopati.
            Selama satu bulan menjalankan tugasnya dan ia rutin berkunjung ke Kerajaan Mataram untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan Senopati setiap seminggui sekali. Namun, tak lama kemudian Ki Ageng Mangir tak pernah lagi menjalankan tugasnya sebagai seorang bupati. Ki Ageng Mangir tak pernah lagi bersilaturahmi ke kerajaan untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan Senopati sehingga membuat Panembahan Senopti merasa curiga terhadap perbuatan yang dilakukan oleh Ki Ageng Mangir.
                                                                 *****
            Akhirnya, Panembahan Senopati mengirimkan putrinya yang bernama Putri Pembayun untuk mencari berita sebenarnya mengenai perbuatan yang dilakukan oleh Ki Ageng Mangir. Putri pembayun mulai menjalankan peritah yang diberikan oleh ayahnda Panembahan Senopati dengan dibantu oleh para pengawal kerajaan. Putri pembayun menyamar menjadi pengamen penari ledek. Pada malam harinya Putri Pembayun bersama para pengawal kerajaan mendatangani rumah Ki Ageng Mangir untuk mengamen tari ledek. Hingga akhirnya Putri Pembayun mengetahui bahwa Ki Ageng Mangir hendak melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Mataram menggunakan senjata Baroklinting.Kemudian Putri Pembayun kembali kekerajaan untuk melaporkannya kepada Panembahan Senopati.
            Pada malam berikutnya, Putri Pembayun dan para pengawal kembali ke rumah Ki Ageng Mangir untuk melakukan penelusuran lebih lanjut dari berita kemarin malam. Kali ini Ki Ageng Mangir melihat pertunjukan tari ledek sang Putri Pembayun.Tanpa diduga ternyata Ki Ageng Mangir menaruh hati dengan Putri Pembayun. Putri Pembayun pun seolah-olah juga menaruh hati dengan Ki Ageng Mangir, padahal Putri pembayun hanya ingin mengagalkan rencana Ki Ageng Mangir untuk memberontak Kerajaan Mataram.
            Setelah berkenalan dengan Ki Ageng Mangir akhirnya Putri Pembayun kembali ke kerajaan untuk melaporkan semua yang terjadi pada malam itu. Putri pembayun menceritakan dengan jelasnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut Panembahan Senopati memberi saran supaya Putri Pembayun berpura-pura mencintai Ki Ageng Mangir dan terus merayunya hingga Ki Ageng Mangir tertarik dengan sang putri.
*****
            Tak lama kemudian setelah beberapa bulan mengenal Panembahan Senopati, Putri Pembayun pun dilamar oleh Ki Ageng Mangir. Lamaran Ki Ageng Mangir pun diterima oleh sang putri, dan akhirnya mereka menikah.
Dari mengenal sampai menikah dengan Putri Pembayun, Ki Ageng Mangir sama sekali belum mengetahui orang tua Putri Pembayun. Padahal sebenarnya Putri Pembayun adalah anak dari Panembahan Senopati musuh sekaligus orang yang akan diberontak Ki Ageng Mangir.
Dengan sengaja Putri Pembayun tidak memberi tahu kepada Ki Ageng Mangir orang tua Putri Pembayun. Hingga akhirnya setelah menikah Ki Ageng Mangir meminta Putri Pembayun mengenalkan orang tuanya kepada Ki Ageng Mangir.
“ Dinda, bolehkah kanda mengetahui orang tua dari dinda?”
“ Sebelumnya maaf kanda, bukan maksud dinda untuk membohongi kanda. Sebenarnya  ayah dinda adalah Panembahan Senopati.”
“Apaaaa ???” bentak Ki Ageng Mangir
“Iya kanda, Panembahan Senopati lah ayah dinda.” Jawab Putri Pembayun dengan suara   lemah lembutnya.
            Ki Ageng Mangir pun terdiam sejenak menahan emosi sambil matanya melotot melihat  sang Putri Pembayun. Putri Pembayun terdiam dengan kepala tertunduk juga. Putri Pembayun pun mengajak Ki Ageng Mangir bersialaturahmi menemuai Panembahan Senopati. Dengan terpaksanya Ki Ageng Mangir  menerima ajakan dari Putri Pembayun walaupun dalam hati sebenarnya Ki Ageng Mangir ingin menolak ajakan Putri Pembayun. Tetapi, Ki Ageng Mangir menyadari bahwa dirrinya harus menemuai mertuanya walauppun si mertua diangap sebagai musuhnya.
            Akhirnya mereka berdua memutuskan pergi ke Kerajaan Mataram untuk menemui Panembahan Senopati.Tetapi, ketika mereka akan berangkat ke kerajaan menemui Panembahan Senopati tiba-tiba sang Putri Pembayun menyarankan Ki Ageng Mangir untuk tidak membawa senjata yang dimiliki yaitu senjata baroklinting.Panembahan Senopati pun merasa curiga dengan sikap sang istri yang tiba-tiba mengatakan senjata barokliting milik Ki Ageng. Tetapi kecurigaan Ki Ageng Mangir terhenti karena ia berfikir bahwa ia tak boleh curiga dengan sang istri karena perkataan yang diucapkan oleh Putri Pembayu iu merupakn saran yang tepat dan baik bagi diri Ki Ageng Mangir.
                                                                        *****
           
            Sesampainya di Kerajaan Mataram, Ki Ageng Mangir pun langsung sungkem di kaki Panembahan Senopati layak sebagai seorang menantu yang sangat tunduk dengan mertuanya. Panembahan Senopati memegang kepala Ki Ageng Mangir dan menerima permohonan maaf dari Ki Ageng Mangir. Ternyata tak diduga secara tiba-tiba Panembahan Senopati mendorong kepala Ki Ageng Mangir hingga terbentur ke dampar tempat duduk Panembahan Senopati yang terbuat dari batu. Seketika itu pun juga Ki Ageng Mangir tewas tergeletak dihadapan Panembahan Senopati dan Putri Pembayun.
             Pengawal kerajaan ditugasi oleh Panembahan Senopati untuk mengubur mayat Ki Ageng Mangir setengah badan didalam kerajaa dan setengahnya lagi dikubur diluar kerajaan. Tata cara penguburan ini dengan maksud bahwa Panembahn Senopati mengakui bahwa separuh badan Ki Ageng Mangir yang didalam kerajaan dianggap sebagai menantu dan separuhnya lagi yang diluar kerajaan dianggap sebagai pemberontak.
            Panembahan Senopati mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa Ki Ageng Mangir sudah meninggal dunia. Dan untuk mengenang beliau maka diputuskanlah kabupaten yang dipimpin oleh Ki Ageng Mangir diubah menjadi sebuah dusun yaitu Dusun Mangir.
            Kini Dusun Mangir terletak di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Di dusun ini terdapat sebuah sisa-sisa dari kabbuapten tersebut yang berupa batu-batu berbentuk panjang yang dianggap itu merupakan reruntuhan dari Kerajaan Mataram.

1 komentar:

  1. Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir pembayun, seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya mataram dan mangir bersatu mengusir penjajah Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Utari Sandi Jayaningsih, Penyanyi batavia yang akhirnya memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipwnggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Imogiri, Spionase mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir, informasi buka http://kelompok-tani.com : pahlawan kali sunter.

    BalasHapus