KISAH KI AGENG MANGIR DAN DUSUN MANGIRAN
Sebuah dusun kecil di Desa Sendang Sari,
Pajangan , Bantul menjadi sebuah daerah yang memiliki cerita tersendiri yang
menarik dan memberi keteladanan. Dusun tersebut merupakan daerah jatuhnya
senjata sakti Baruklinting yang terlempar dari Gunung Merapi. Senjata tersebut
digunakan untuk memotong lidah seorang anak yang dikutuk menjadi seekor ular,
padahal dengan terpotongnya lidah seekor ular tersebut si anak tidak dapat
membuktikan kepada bapaknya bahwa ia anak kandung bapak tersebut. Karena si
bapak tidak mau mengakui bahwa ular tersebut akhirnya si bapak melemparkan
sebuah senjata sakti tepat dilidah seekor ular yang sedang melingkari Gunung
Merapi dan akhirnya senjata tersebut terlempar kesuatu daerah kecil yang
sekarang dinamai Dusun Mangir.
*****
Pada
awalnya dusun Mangir merupakan sebuah kabupaten kecil yang berdiri dibawah
naungan seorang raja dari Kerajaan Mataram yaitu Panembahan Senopati. Panembahan Senopati bermaksud mencari
seseorang dari salah satu penduduk didaerah tersebut untuk diangkat menjadi
seorang pemimpin dikabupaten tersebut. Orang yang ditunjuk Panembahan Senopati
tersebut adalah Ki Ageng Mangir. Dan Ki Ageng Mangir lah orang yang menemukan
senjata Baroklinting yang sakti sehingga Ki Ageng Mangir memiliki kesatian dari senjata tersebut.
Berkat ditemukannya senjata tersebut Ki Ageng Mangir dapat mengusai Kerajaan
Mataram yang pada waktu itu masih dikuasai oleh Panembahan Senopati. Akhirnya,
Panembahan Senopati berkunjung kerumah Ki Ageng Mangir untuk membicarakan rencana
Panembahan Senopati mengangkat Ki Ageng Mangir menjadi seorang bupati
dikabupaten tersebut.Panembahan Senopati berbincang – bincang dengan Ki Ageng
Mangir.
“
Wahai Ki Ageng Mangir maukah engkau ku angkat menjadi seorang bupati yang dapat
mengurusi rakyatku.” tanya Panembahan
Senopati.
“
Apakah saya pantas menjadi seorang bupati, saya hanyalah seorang manusia yang
tak mempunyai kesaktian ataupun jiwa
kepemimpian?”. Tanya kembali Ki Ageng Mangir dengan raut wajah terpuruk.
“
Engkaulah yang pantas menjadi bupati di kabupaten ini, karena saya telah
mendengar pujian dari rakyat yang
tinggal di kabupaten ini bahwa engkaulah orang yang berjiwa pemimpin
dikabupaten ini.” kata Panembahan
Senopati.
“ Maaf . . . . . . . . tapi, baginda raja?”
“ Sudahlah Ki Ageng Mangir semua rakyat pasti
setuju jika engkau memimpin mereka.” sela
Panembahan Senopati.
Sebenarnya
dalam hati Ki Ageng Mangir dia ingin menerima tawaran Panembahan Senopati
menjadi seorang bupati, tetapi ia berpura-pura mengatakan tidak mau menjadi
bupati karena Ki Ageng Mangir ingin menutupi niat busuknya memberontak kerajaan
Mataram yang dikuasai oleh Panembahan Senopati tersebut. Panembahan Senopati
pun tidak tau bahwa Ki Ageng Mangir sebenarnya mempunyai niat yang tidak baik
dengan diangkatnya Ki Ageng Mangir menjai seorang Bupati. Ki Angeng Mangir
tetap menolak tawaran Panembahan Senopati.
“
Tetapi itu tugas yang tidak sepele dan itu tanggung jawab yang sangat besar .”ujar
Ki Ageng Mangir.
“
Saya rasa hanya engkaulah yang pantas menjadi seorang bupati dikabupaten ini
karena taka da lagi orang yang pantas
selain engkau.” Jawab Ki Panembahan
Senopati.
“
Baiklah baginda raja saya akan mencoba menjalankan tanggung jawab ini.” Jawab
Ki Ageng Mangir.
“
Tapi ada satu syarat yang harus engkau kerjakan jika engkau menjadi seorang
bupati.” sela Panebahan Senopati.
“
Apakah syaratnya baginda raja?” Tanya Ki Ageng Mangir.
“
Engkau harus melaporkan kepadaku bagaimana keadaan rakyatku setiap seminggu
sekali engkau harus berkunjung ke
kerajaanku.” kata Panembahan Senopati.
“
Baiklah baginda raja kalau itu syaratnya akan saya laksanakan dan itu juga
merupakan syarat yang tidak begitu
membebankan bagi diri saya.” Ujar Ki Ageng Mangir.
“
Karena engkau telah menerima tawaran dari saya dan engkau mau melaksanakan
syarat yang satya berikan maka sekarang
kan ku angkat engkau menjadi bupati di kabupaten ini.” Sela Panembahan
Senopati.
“
Terima kasih baginda raja, akan saya laksanakan tugas itu dengan sebaik
mungkin.” Jawab Ki Ageng Mangir.
Setelah
selesai berbincang – bincang dan Ki Ageng Mangir pun telah setuju menerima
tawaran Panembahan Senopati menjadi seorang bupati, akhirnya Panembahan
Senopati berpamitan dan memutuskan untuk kembali kekerajaan. Keluarlah
Panembahan Senopati dari rumah Ki Ageng Mangir. Dalam hatinya Ki Ageng Mangur
berkata, “ Dengan diangkatnya saya menjadi seorang bupati maka tak lama lagi
engkau Panembahan Senopati akan lengser dari kekuasaanya saat ini dan saya akan
menjadi seorang raja yang berkuasa di Kerajaan Mataram.”
*****
Dalam
waktu itupun juga KiAgeng Mangir menjalankan tugasnya sebagai seorang bupati.
Ia memantau keadaan rakyatnya dengan bantuan para pengawalnya. Setelah seminggu
menjalankan tugas dan memimpin rakyatnya dengan baik Ki Ageng Mangir berkunjung
ke Kerajaan Mataram untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan
Senopati.
Selama
satu bulan menjalankan tugasnya dan ia rutin berkunjung ke Kerajaan Mataram
untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan Senopati setiap seminggui
sekali. Namun, tak lama kemudian Ki Ageng Mangir tak pernah lagi menjalankan
tugasnya sebagai seorang bupati. Ki Ageng Mangir tak pernah lagi bersilaturahmi
ke kerajaan untuk melaporkan keadaan rakyatnya kepada Panembahan Senopati
sehingga membuat Panembahan Senopti merasa curiga terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh Ki Ageng Mangir.
*****
Akhirnya,
Panembahan Senopati mengirimkan putrinya yang bernama Putri Pembayun untuk
mencari berita sebenarnya mengenai perbuatan yang dilakukan oleh Ki Ageng
Mangir. Putri pembayun mulai menjalankan peritah yang diberikan oleh ayahnda
Panembahan Senopati dengan dibantu oleh para pengawal kerajaan. Putri pembayun
menyamar menjadi pengamen penari ledek. Pada malam harinya Putri Pembayun
bersama para pengawal kerajaan mendatangani rumah Ki Ageng Mangir untuk
mengamen tari ledek. Hingga akhirnya Putri Pembayun mengetahui bahwa Ki Ageng
Mangir hendak melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Mataram menggunakan senjata
Baroklinting.Kemudian Putri Pembayun kembali kekerajaan untuk melaporkannya
kepada Panembahan Senopati.
Pada
malam berikutnya, Putri Pembayun dan para pengawal kembali ke rumah Ki Ageng
Mangir untuk melakukan penelusuran lebih lanjut dari berita kemarin malam. Kali
ini Ki Ageng Mangir melihat pertunjukan tari ledek sang Putri Pembayun.Tanpa
diduga ternyata Ki Ageng Mangir menaruh hati dengan Putri Pembayun. Putri
Pembayun pun seolah-olah juga menaruh hati dengan Ki Ageng Mangir, padahal
Putri pembayun hanya ingin mengagalkan rencana Ki Ageng Mangir untuk
memberontak Kerajaan Mataram.
Setelah
berkenalan dengan Ki Ageng Mangir akhirnya Putri Pembayun kembali ke kerajaan
untuk melaporkan semua yang terjadi pada malam itu. Putri pembayun menceritakan
dengan jelasnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut Panembahan Senopati
memberi saran supaya Putri Pembayun berpura-pura mencintai Ki Ageng Mangir dan
terus merayunya hingga Ki Ageng Mangir tertarik dengan sang putri.
*****
Tak
lama kemudian setelah beberapa bulan mengenal Panembahan Senopati, Putri
Pembayun pun dilamar oleh Ki Ageng Mangir. Lamaran Ki Ageng Mangir pun diterima
oleh sang putri, dan akhirnya mereka menikah.
Dari
mengenal sampai menikah dengan Putri Pembayun, Ki Ageng Mangir sama sekali
belum mengetahui orang tua Putri Pembayun. Padahal sebenarnya Putri Pembayun
adalah anak dari Panembahan Senopati musuh sekaligus orang yang akan diberontak
Ki Ageng Mangir.
Dengan
sengaja Putri Pembayun tidak memberi tahu kepada Ki Ageng Mangir orang tua
Putri Pembayun. Hingga akhirnya setelah menikah Ki Ageng Mangir meminta Putri
Pembayun mengenalkan orang tuanya kepada Ki Ageng Mangir.
“
Dinda, bolehkah kanda mengetahui orang tua dari dinda?”
“
Sebelumnya maaf kanda, bukan maksud dinda untuk membohongi kanda. Sebenarnya ayah dinda adalah Panembahan Senopati.”
“Apaaaa
???” bentak Ki Ageng Mangir
“Iya
kanda, Panembahan Senopati lah ayah dinda.” Jawab Putri Pembayun dengan
suara lemah lembutnya.
Ki
Ageng Mangir pun terdiam sejenak menahan emosi sambil matanya melotot melihat sang Putri Pembayun. Putri Pembayun terdiam
dengan kepala tertunduk juga. Putri Pembayun pun mengajak Ki Ageng Mangir
bersialaturahmi menemuai Panembahan Senopati. Dengan terpaksanya Ki Ageng Mangir menerima ajakan dari Putri Pembayun walaupun
dalam hati sebenarnya Ki Ageng Mangir ingin menolak ajakan Putri Pembayun.
Tetapi, Ki Ageng Mangir menyadari bahwa dirrinya harus menemuai mertuanya
walauppun si mertua diangap sebagai musuhnya.
Akhirnya
mereka berdua memutuskan pergi ke Kerajaan Mataram untuk menemui Panembahan
Senopati.Tetapi, ketika mereka akan berangkat ke kerajaan menemui Panembahan
Senopati tiba-tiba sang Putri Pembayun menyarankan Ki Ageng Mangir untuk tidak
membawa senjata yang dimiliki yaitu senjata baroklinting.Panembahan Senopati
pun merasa curiga dengan sikap sang istri yang tiba-tiba mengatakan senjata
barokliting milik Ki Ageng. Tetapi kecurigaan Ki Ageng Mangir terhenti karena
ia berfikir bahwa ia tak boleh curiga dengan sang istri karena perkataan yang
diucapkan oleh Putri Pembayu iu merupakn saran yang tepat dan baik bagi diri Ki
Ageng Mangir.
*****
Sesampainya
di Kerajaan Mataram, Ki Ageng Mangir pun langsung sungkem di kaki Panembahan
Senopati layak sebagai seorang menantu yang sangat tunduk dengan mertuanya.
Panembahan Senopati memegang kepala Ki Ageng Mangir dan menerima permohonan
maaf dari Ki Ageng Mangir. Ternyata tak diduga secara tiba-tiba Panembahan
Senopati mendorong kepala Ki Ageng Mangir hingga terbentur ke dampar tempat
duduk Panembahan Senopati yang terbuat dari batu. Seketika itu pun juga Ki
Ageng Mangir tewas tergeletak dihadapan Panembahan Senopati dan Putri Pembayun.
Pengawal kerajaan ditugasi oleh Panembahan
Senopati untuk mengubur mayat Ki Ageng Mangir setengah badan didalam kerajaa
dan setengahnya lagi dikubur diluar kerajaan. Tata cara penguburan ini dengan
maksud bahwa Panembahn Senopati mengakui bahwa separuh badan Ki Ageng Mangir
yang didalam kerajaan dianggap sebagai menantu dan separuhnya lagi yang diluar
kerajaan dianggap sebagai pemberontak.
Panembahan
Senopati mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa Ki Ageng Mangir sudah
meninggal dunia. Dan untuk mengenang beliau maka diputuskanlah kabupaten yang
dipimpin oleh Ki Ageng Mangir diubah menjadi sebuah dusun yaitu Dusun Mangir.
Kini
Dusun Mangir terletak di Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Di dusun ini terdapat sebuah sisa-sisa dari kabbuapten tersebut
yang berupa batu-batu berbentuk panjang yang dianggap itu merupakan reruntuhan
dari Kerajaan Mataram.